REAKSI-REAKSI ALDEHID DAN KETON
NAMA:
MELISA OKTAPIANI
(A1C117043)
DOSEN PENGAMPU:
Dr. Drs. Syamsurizal M.Si
PROGRA STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
I.
JUDUL
Reaksi-Reaksi Aldehid dan Keton
II.
HARI/TANGGAL
Sabtu, 23 Maret 2019
III.
TUJUAN
Adapun Tujuan Dari Percobaan ini adalah
sebagai berikut :
1.
Dapat memahami azas-azas senyawa karnonil
2.
Dapat memahami perbedaan reaksi antara aldehid dan keton
3.
Dapat menjelaskan jenis-jenis pengujian kimia sederhana yang dapat
membedakan aldehid dan keton.
IV.
LANDASAN TEORI
Aldehida
merupakan suatu senyawa yang mengandung unsur C, H, dan O dengan rumus R-CHO,
dimana R adalah alkil dan –CHO adalah gugus fungsi aldehida. Senyawa aldehid
mengandung sebuah gugus kerbonil yang terikat pada sebuah atom atau dua buah
atom hidrogen. Aldehid bersifat lebih reaktif daripada alkohol, serta dapat
mengalami berbagai macam reaksi diantaranya dapat mengalami reaksi adisi, reaksi
oksidasi, reaksi polimerisasi. Aldehid dapat dioksidasi menjadi asam. Karakteristik
dari aldehid ini adalah pada suhu kamar dapat berwujud cair ataupun gas. Akan
tetapi pada wujud gas aldehid baunya tidak sedap, sedangakan pada wujud cair
akan berbau sedap. Karakteristik lainnya yaitu aldehid merupakan senyawa polar sehingga
titik didihnya tinggi dan tidak berwarna(acton,2013).
Keton
adalah suatu senyawa yang mendung unusr C, H, dan O dengan rumus R-CO-R’,
dimana R adalah alkil dan –CO- adalah gugus fungsi karbonil. Senyawa keton
mempunyai sebuah gugus karbonil yang terikat pada dua gugus alkil. Keton
berifat lebih mudah menguap daripada alkohol dan asam karboksilat, bersifat
polar karena gugus karbonilnya polar. Karakteristik dari keton ini mempunyai
titik didik tinggi daripada senyawa nonpolar, berupa cairan tak berwarna yang
larut dalam air, dan dapat direduksi oleh gas H2 menghasilkan
alkohol sekundernya(Pauling,2012).
Reaksi-reaksi
pada aldehid dan keton adalah reaksi oksidasi dan reaksi reduksi. Reaksi
oksidasi untuk membedakan aldehid dan keton dimana aldehid akan mudah sekali
dioksidasi, sedangkan keton tahan terhadap oksidator. Aldehid dapat dioksidasi
dengan oksidator yang sangat lemah, sedangkan reaksi reduksi terbagi menjadi
tiga bagian yaitu reduksi menjadi alkohol, reduksi menjadi hidrokarbon, dan
reduksi pinakal(wilbraham, 1992).
Untuk
dapat memahami berbagai jenis-jenis reaksi pada senyawa karbonil khususnya
aldehid dan keton maka harus diketahui sifat-sifat dari senyawa aldehid dan
keton. Senyawa-senyawa aldehid dan keton merupakan molekul polar karena
memiliki suatu ikatan karbonil yang memungkinkan adanya momom dipol diantara
ikatan rangkap karbon dan oksigen. Adanya momen dipol disekitar ikatan karbonil
menyebabkan senyawa-senyawa karbonil
memiliki titik didih yang lebih tinggi dari pada suatu alkena dengan berat
molekul yang sama(Syamsurizal, 2019).
Senyawa
aldehid dan keton mengalami reaksi pada gugus karbonil. Gugus karbonil bersifat
polar dan memiliki orbital hibrida sp2 sehingga ketiga atom yang
terikat pada atom karbon terletak pada bidang datar dengan sudut ikatan 120°.
Ikatan rangkap karbon-oksigen pada gugus karbon terdiri atas satu ikatan σ dan
satu ikatan π. Ikatan σ adalah hasil tumpang tindih satu orbital sp2 atom
karbon dengan satu orbital p atom oksigen. Sedangkan ikatan π adalah hasil
tumpang tindih orbital p atom karbon dengan orbital p yang lain dari oksigen.
Dua orbital sp2 lainnya dari atom karbon digunakan untuk mengikat
atom lain.atom oksigen gugus karbonil
masih memiliki dua orbital dan terisi dua buah elektron, kedua buah elektron
ini adalah orbital 2s dan 2p (Katja, 2004).
V.
ALAT DAN BAHAN
5.1 Alat
1)
Tabung reaksi
2)
Pipet tetes
3)
Pengaduk
4)
Penangas
5)
Erlenmeyer
6)
Corong Hirsch
7)
Tabung reaksi besar
8)
Lemari es
9)
Thermometer
10)Alat refluks
11)Corong Buchner
12)Labu 50 ml
5.2 Bahan
1)
Perak nitrat 5%
2)
Larutan NaOH 5%
3)
Ammonium hidroksida 2%
4)
Benzyl aldehida
5)
Aseton
6)
Sikloheksanon
7)
Formalin
8)
Natrium sitrat
9)
Natirum karbonat
10)Aquadest
11)CuSO4
12)Kalium tatrat abu
13)Garam Rochelle
14)NaOH 10%
15)Formaldehida
16)N – heptanaldehida
17)NaHSO3
18)Es batu
19)Etanol
20)HCL pekat
21)Fenilhidrazrin
22)Methanol
23)2, 4 dinitrofenilhidrazin
24)Hidroksilamin HCL
25)Natrium asetat trihidrat
26)Sikloheksanon – oksim
27)Ralium iodide
28)Iodium
29)Isopropanol
30)2 – pentanon
31)3 – pentanon
32)Asetaldehid
33)Krotonaldehid
34)NaOH 17%.
VI.
PROSEDUR KERJA
6.1 Uji
Cermin Kaca, Tollens
1)
Disiapkan empat tabung
reaksi yang berisi pereksi Tollens (cara membuat: siapkan satu tabung reksi yang bersih sekali, ke dalam
2 ml larutan perak nitrat 5%, tambahkan 2 tetes larutan NaOH 5% lalu tambahkan
tetes demi tetes sambil diaduk larutan ammonium hidroksida 2% hanya secukupnya
agar supaya larut -pengujian akan gagal kalau terlalu banyak
ammonia ditambahkan.
2) Diujilah benzaldehid,
aseton, sikloheksana dan formalin; dengan jalan menambahkan masing – masing dua
tetes bahan tersebut ke dalam tabung uji.
3)
Diaduj campuran dan
diamkan selama 10 menit.
4)
Bila reaksi tidak
terjadi, panaskan tabung dalam penangas air selama lima menit.
5)
Diamatilah apa yang
terjadi.
6.2
Uji Fehling dan
Benedict.
1)
Ditambahkan 5 ml
perekasi Benedict ke dalam masing – masing dari tabung reaksi (cara membuatnya;
laritan 173 gram natrium sitrat dan 100 gram natrium karbonat dalam 750
aquadest, aduk, saring lalu encerkan hingga volum total 1 L) atau 5 ml perekasi
fehling yang masih fresh (cara membuat; larutan A = 69 gram CuSO4.5H2O
dalam 1 L air suling.
2)
Larutan B = 346 gram
natrium tartrat atau garam Rochelle di dalam larutan NaOH 10%, artinya perekasi
Fehling A dan B sama banyak baru dicampur.
3)
Ke dalam masing-masing tabung tambahkan beberapa tetes bahan yang akan
diuji.
4)
Ditemapatkan tabung
reaksi dalam air mendidih selama 10 -15 menit.
5)
Diujilah formladehide,
n – heptanaldehid, aseton dan sikloheksana.
6.3
Adisi Bisulfit.
1)
Dimasukkan 5 ml
larutan NaHSO3 jenuh ke dalam erlenmyer 50 ml dan dinginkan larutan
dalam air es.
2)
Ditambahkan 2,5 aseton
tetes demi tetes sambil diaduk.
3)
Setelah 5 menit
tambahakn 10 ml etanol untuk memulai kristalisasi, lalu saring Kristal dengan
corong Hirsch.
4)
Amati apa yang akan
terjadi bila Kristal dalam tabung reaksi ditambahkan beberapa tetes HCL pekat.
6.4
Pengujian denga fenilhidrazin.
1)
Ditambhakan
fenilhidrazin 5 ml ke dalam tabung reaksi besar, ditambhakan 10 ml tetes bahan
yang akan diuji.
2)
Ditutup tabung reaksi
dan funcangjan dengan kuat selama 1 – 2 menit hingga mengkristal
3)
Disaring Kristal
dengan corong Hirsch, cuci dengan sedikit air dingin dan rekristalisasi dengan
sedikit methanol dan etanol.
4)
Dikeringkan dan
tentukan titik lelehnya.
5)
Dilakukan pengujian
terhadap benzaldehida dan sikloheksanon.
6)
Dengan cara yang sama,
gunakan 1,4 – dinitrofenilhidrazin, dibuatlah turunan benzaldehid dan
sikloheksanon.
7)
Ditentukan titik
lelehnya.
6.5
pembuatan oksim.
1)
Dilarutan 1 garam
hidroksilamin HCL dan 1,5 garam natirum asetat trihidrat di dalam 4 ml air,
didalam Erlenmeyer 50 ml.
2)
Dipanaskan larutan
sampai 35, kemudain tambhakna sikloheksanon tutup labu dan goncangkan selama 1
– 2 menit, pada waktu mana zat padat sikloheksanon – oksim akan terbwntuk.
3)
Didingikan labu dalam
lemari es, saring Kristal dengan ciring Hirsch, cuci dengan 2 ml air es,
keringkan dan tentukan titik lelehnya.
6.6 Rekasi haloform
1)
Ditambahkan 5 tets
aseton dalam 3 ml larutan NaOH 5%,
tambahkan sekitar 10 ml larutan iodum iodide (cara bautnya : larutan 25 gram
iodium di dalam larutan 50 gram kalium iodide dalam 200 ml air) sambil
digoncang – goncangkan ampai warna coklat tidak hilang lagi.
2)
Iodoform yang berwarna
kuning akan mengendap dan baunya yang khas.
3)
Dipengujian dilakukan
terhadap isopropanol, 2 – prntanon dan 3 – pentanon.
6.7 Kondensasi Aldol.
1)
Tambahkan 0, 5 ml
asetaldehida kepada 4 ml larutan NaOH 1 %, goncangkan dan catat baunya (sisa
asetaldehid). Didihkan campuran rekasi selama 3 menit. Catat hari – hati bau
tengik dari kroonaldehida.
2)
Susunlah perlatan
untuk merefluks. Dalam lanu 50 ml larutan NaOH 5 %. Campuran direfluks selama 5
menit. Dinginkan labu dan kumpulkan Kristal dengan corong Buchner. Bisa
direkristalisasi dengan etanol. Tetntukan titik lelehnya.
Vidio
Pertanyaan :
1.
Larutan fehling dimasukkan kedalam tabung reaksi berisi larutan x
dan larutan y. Lalu dipanaskan, apa yang terjadi ?
2.
Larutan Tollens dimasukkan kedalam tabung reaksi berisi larutan x
dan lautan y. Lalu dipanaskan, apa yang terjadi?
3.
Pada uji aldehid dan keton mengapa perlu dilakukan pemanasan?
saya Yulinarti Choinirul Nisyah (A1C117025) akan mencoba menjawab no 2. pada larutan x tidak terjadi reaski, hal ini berarti larutan positif mengandung gugus keton. sedangkan pada larutan y terjadi reaksi yang ditandai dengan terbentuknya endapan cermin perak, hal ini berarti larutan positif mrngandung gugus aldehiid.
BalasHapusSaya Febry Aryanti Huta Uruk (A1C117073) akan mencoba menjawan pertanyaan nomor 3. karena pemanasan dilakukan untuk mempercepat terjadinya reaksi antara larutan fehling atau tollens dengan larutan x dan larutan y. Terimakasih.
BalasHapusSaya mirna dengan nim 13. Saya akan menjawab permasalahan no 1. Pada larutan x tidak terjadi reaski, hal ini berarti larutan positif mengandung gugus keton. sedangkan pada larutan y terjadi reaksi yang ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata, hal ini berarti larutan positif mrngandung gugus aldehiid.
BalasHapus