VIII. Pembahasan
Kromatografi dapat didefinisikan
sebagai salah satu metode analilis dalam kimia organik yang mana diginakan
untuk memisahkan campuran zat menjadi komponen-komponen yang jauh lebih
sederhana yang disebut komponen penyusun zat. Dalam melakukan pemisahan kromatografi
didasarkan pada perbedaan pola pergerakan antara fase diam dan fase gerak.
Dalam hal ini molekul zat dalam fase gerak akan
bergerak mengalir melewati kolom yang merupakan fase diam. Terdapat
banyak macam kromatografi tetapi yang akan di bahas dibawah ini hanya 2 yaitu
kromatografi lapis tipis dan kromatografi kolom (Syamsurizal, 2019).
8.1
Kromatografi lapis tipis
Pada percobaan ini dilakukan
pemisahan kandungan unsur dari dari 10 macam sampel yang mudah ditemukan di
sekitar kita yaitu buah naga, bayam, nanas, bunga kertas, semangka, wortel,
pepaya, kentang, tomat, dan bunga sepatu. Sebelum dilakukan kromatografi maka
kesepuluh sampel ini harus diekstrak terlebih dahulu dengan cara menghaluskan
sampel yang tekah dibersihkan dan dipotong-potong dalam mortar untuk dihaluskan
kemudian disaring dengan kertas saring dan ekstraknya ditampung didalam botol
spesimen. Hasil ekstraksi tersebut ditambahkan metanol yang bertujuan untuk mengektrak
zat-zat warna yang dapat larut dalam pelarut organik.
Estrak yang telah diperoleh
selanjutnya ditotolkan pada plat TLC yang terbuat dari alumunium. Sebenarnya
plat TLC ini juga ada yang terbuat dari kaca tetapi lebih memilih menggunakan
plat TLC yang terbuat dari alumunium karena telah tersedia di laboratorium.
Plat TLC dibuat sedemikin hingga berukuran 5 cm x 3 cm yang diberi garis dengan
jarak 0,5 cm dari ujung bawah plat. Pemberian garis ini bertujuan untuk memberi
tanda tempa ditotolkan sampel pada saat proses pemisahan berlangsung.
Berikut ini merupakan warna asli
dari 10 sampel yang digunakan, yaitu :
No.
|
Sampel
|
Warna sampel
|
1.
|
Buah Naga
|
Ungu
|
2.
|
Bayam
|
Hijau
|
3.
|
Nanas
|
Kuning
|
4.
|
Bunga kertas
|
Merah muda
|
5.
|
Semangka
|
Merah muda
|
6.
|
Wortel
|
Orange
|
7.
|
Pepaya
|
Orange
|
8.
|
Kentang
|
Coklat
|
9.
|
Tomat
|
Merah
|
10.
|
Bunga sepatu
|
Merah muda
|
Setelah Plat TLC siap untuk
digunakan maka ditotolkan sampel tepat pada garis pada TLC. Dimana setiap 1
buah plat TLC digunakan untuk 4 buah macam sampel. Setelah ditotolkan Selanjutnya
plat dimasukkan ke dalam chamber yang berisi larutan pengembang. Larutan
pengembang ini terbuat dari bermacam pelarut dengan perbandingan yang berbeda
yaitu Etil asetat dengan perbandingan 2 : 1 atau setara dengan 2 mL n-heksan :
1 mL etil asetat. Proses TLC ini dihentikan ketika larutan pengembang sudah
berhenti bergerak naik , kemudain plat diangkat dari dalam chamber dan kemudian
dilihat warna yang terbentuk. Apabila warna yang terlihat tidak jelas maka
dibantu dengan penyinaran oleh sinar UV untuk melihat noda yang muncul pada
plat TLC. Proses TLC ini dilakukan sebanyak 3 kali dengan menggunakan larutan
pengembang yang sama pula. Pada plat TLC yang pertama pelarut naik hingga 4,8
cm, yang kedua hingga 4,5 cm dan yang ketiga hingga 4,7 cm. Sedangkan
untuk panjang noda dapat dilihat langsung pada data pengamatan diatas. Setelah
dilakukan proses kromatografi dan di dapat panjang noda maka kita dapat
menghitung nilai RF nya dengan rumus :
Rf = Jarak yang ditempuh noda / Jarak yang ditempuh pelarut
Adapun nilai Rf yang diperoleh dalam
percobaan ini yaitu untuk sampel buah naga sebesar 0,8125, bayam sebesar
0,0625, nanas sebesar 0,7916, bunga kertas sebesar 0,5208, semangka sebesar
0,8222, wortel sebesar 0,8667, pepaya sebesar 0,8444, kentang sebesar 0, tomat
sebesar 0,8723 dan bunga sepatu sebesar 0,8511.
8.2
Kromatografi Kolom
Pada percobaan ini dilakukan
pemisahan dengan cara kromatografi kolom. Sebenarnya kromatografi kolom
memiliki prinsip yang sama dengan kromatogrrafi lapis tipis (TLC) yaitu
memisahkan komponen berdasarkan fase diam dan fasek gerak. yang membedakannya
hanya pada media tempat melakukan pemisahan dimana pada kromatografi lapis
tipis menggunakan plat TLC maka sedangkan pada kromatografi kolom yang
menggunakan kolom yang bisa terbuat dari pipet tetes.
Untuk menyiapkan kolom pemisahan
maka pada bagian bawah kolom disumbat dengan menggunakan kapas yang mana kapas
itu tidak boleh terlalu tebal maupun terlalu tipis. Jika kapas terlalu tebal
menyebakan sampel akan sulit untuk menetes dan jika kapas terlalu tipis
memungkinkan silica gel nya dapat ikut turun pada proses penetesan. Selanjutnya
kolom kromatografi tersebut di teteskan pelarut n-heksan yang bertujuan untuk membersihkan
bagian tepi kolom oleh kapas yang menempel. Selanjutnya kedalam kolom kromatografi
ini ditambahkan silica gel untuk
memadatkan kolom yang dilakukan dengan mengetuk-ngetuk pada kolom agar silica
gel nya memadat sekitar setengah kolom sehingga tidak mudah pecah pada saat
proses pemisahan. Setelah dipastikan bahwa kolomnya telah cukup padat maka kolom
kromatografi siap untuk digunakan, sampel dimasukkan kedalam kolom, kemudian
baru dimasukkan pelarut yang sesuai untuk setiap sampel yang disesuakan dengan
sifat kepolaran sampel.
Pada percobaan ini digunakan 10
macam sampel yaitu sebagai berikut :
a)
Buah Naga
Pada sampel buah naga pelarut yang
digunakan adalah pelarut n-heksan : etil asetat dengan perbandingan 8 : 1. Pelarut
dimasukkan kedalm kolom yang telah berisi sampel kemudian didiamkan hingga
pelarut nya habis. Jika sampel tidak turun kebawah maka ditambahkan lagi
pelarut yang sama tetapi dengan perbandingan yang lebih besar yaitu 16 : 2.
Pada proses kromatografi pemisahan ekstrak buah naga dilakukan penambahan
pelarut sampai 3 kali tetapi hanya sedikit sampel yang dapat turun. Kemudaian
ditambahkan lagi pelarut dengan
perbandingan 15 : 5 tetapi tetap saja masih ada sampel yang belum turun. Setiap
larutan yang menetes tadi ditampung pada botol kecil dan diberi tanda botol ke
I,II, III, IV, dan V sesuai dengan jumlah penambahan pelarut yang kemudian
ditutup dengan aluminium foil tetapi diberi lobang-lobang kecil dan di biarkan
selama 1 minggu. Karena larutan tersebut menguap membuat botol menjadi kering
dikalukan penambahan metanol sebanyak 2 tetes pada setiap botol. Kemudian di
totolkan pada plat TLC yang sudah disediakan dengan urutan crude, botol I,
botol II, botol III sampai botol V. Dimasukkan kedalam chamber dan diperolehlah
hasil yaitu hanya crude nya saja yang bergerak
ke atas sedangkan larutan untuk botol tidak bergerak dan tidak kelihatan noda
nya.
b)
Sampel Bayam
Pada sampel bayam pelarut yang
digunakan adalah n-heksan : etil asetat dengan perbandingan 5 : 10. Pelarut
dimasukkan kedalm kolom yang telah berisi sampel kemudian didiamkan hingga
pelarut nya habis. Jika sampel tidak turun kebawah maka ditambahkan lagi pelarut
yang sama tetapi dengan perbandingan yang lebih besar sama. Sampel bayam yang
perlahan mulai turun ke bawah ditampung pada botol kecil. Botol yang pertama
berwarna bening, botol yang kedua berwarna hijau, botol yang ketiga berwarna
hijau pudar, botol keempat berwarna bening dan botol kelima juga berwarna
bening. Kemudain botol ditutup dengan aluminium foil tetapi diberi
lobang-lobang kecil dan di biarkan selama 1 minggu. Karena larutan tersebut
menguap membuat botol menjadi kering dilakukan penambahan metanol sebanyak 2
tetes pada setiap botol. Kemudian di totolkan pada plat TLC yang sudah
disediakan dengan urutan crude, botol I, botol II, botol III sampai botol IV.
Dimasukkan kedalam chamber dan diperolehlah pada sampel bayam ini botol I,II,
dan III setelah di sinari oleh lampu UV terlihat noda tetapi hanya pada garis
batas yang ditandai sebelumnya menggunakan pensil.
c)
Sampel Nanas
Pada
sampel nanas pelarut yang digunakan yaitu kloroform : metanol dengan
perbandingan 3 : 1. Kloroform bersifat non polar dan metanol bersifat polar. Jika sampel tidak turun kebawah maka ditambahkan lagi
pelarut yang sama tetapi dengan perbandingan yang lebih besar sama. Setelah di tetesi pelarut,
sampel nanas perlahan mulai turun ke bawah dan larutan yang keluar ditampung
pada botol kecil. Botol yang pertama berwarna bening, botol yang kedua berwarna
putih keruh, botol yang ketiga berwarna bening. Kemudain
botol ditutup dengan aluminium foil tetapi diberi lobang-lobang kecil dan di
biarkan selama 1 minggu. Karena larutan tersebut menguap membuat botol menjadi
kering dilakukan penambahan metanol sebanyak 2 tetes pada setiap botol.
Kemudian di totolkan pada plat TLC yang sudah disediakan dengan urutan crude,
botol I, botol II, botol III. Lalu dimasukkan kedalam chamber dan diperloh hasil setelah disinari
dengan lampu UV, tidak ada satupun noda yang tampak mungkin dikarenakan pada
saat proses kromatografi kolom, silica gelnya pecah sehingga menyebabkan hasil
tidak akurat lagi.
d)
Sampel
bunga kertas
Pada
sampel bunga kertas hanya digunakan satu jenis pelarut non polar yaitu
kloroform. Sampel bunga kertas yang perlahan mulai turun ke bawah dan larutan
yang keluar ditampung pada botol kecil. Dari proses pemisahan bunga kertas di
peroleh 5 botol sampel hasil kromatografi kolom yang memiliki warna larutan
yang berbeda-beda yaitu botol 1 dan 2 bening, tetapi pada botol kedua terdapat
minyak, botol 3 berwarna putih keruh, botol 4 dan 5 berwarna bening.
Selanjutnya di lakukan kromatografi lapis tipis dan diperoleh hasil yaitu crude
bergerak naik, sedangkan larutan pada setiap botol tidakterdapat noda.
e)
Sampel
Semangka
Pada
sampel semangka digunakan jenis pelarut n-heksan : etil asetat dengan
perbandingan 3 : 2. Sampel semangka dan larutan eluen yang perlahan mulai turun
kebawah dan larutan yang keluar ditampung dalam botol kecil yang kemudian botol
ditutup dengan alumium foil dan dibiarkan selama 1 minggu. Dari proses pemisahan
bunga kertas di peroleh 3 botol sampel larutan hasil kromatografi kolom yang
memiliki warna berbeda-beda yaitu botol 1 bening, botol 2 berwarna keruh, botol
3 berwarna bening. Setelah itu dilakukan kromatografi dengan cara menotolkan
sampel dalam botol kecil yang telah ditetesi dengan metanol pada flat TLC. Selanjutnya
di tunggu terjadinya proses pemisahan zat pada didalam chamber. Hasil yang
diperoleh yaitu crude bergerak naik, dan pada setiap larutan yang ditotolkan terlihat
noda-noda yang berwarna kuning pudar.
· f)
Sampel Wortel
Pada
sampel wortel digunakan jenis pelarut n-heksan : etil asetat dengan
perbandingan 3 : 2. Sampel wortel dan larutan eluen yang perlahan mulai turun
kebawah dan larutan yang keluar ditampung dalam botol kecil yang kemudian botol
ditutup dengan alumium foil dan dibiarkan selama 1 minggu. Dari proses
pemisahan wortel diperoleh 3 botol sampel yaitu botol 1 berwarna bening, botol
2 berwarna cerah, dan botol 3 berwarna bening.
Setelah itu dilakukan kromatografi dengan cara menotolkan sampel dalam
botol kecil yang telah ditetesi dengan metanol pada flat TLC. Setelah ditunggu
beberapa saat diperoleh hasil pemisahan yaitu crude nya bergerak naik keatas
plat TLC dengan noda berwarna kuning, sedangkan hasil sampel larutan yang
diperoleh dari kromatografi kolom tidak bergerak sama sekali tetapi terlihat
noda berwarna kuning pudar ketika disinari dengan UV.
g) Sampel pepaya
Pada sampel pepaya digunakan
jenis pelarut n-heksan : etil asetat dengan perbandingan 3 : 2. Sampel pepaya
dan larutan eluen yang perlahan mulai turun kebawah dan larutan yang keluar
ditampung dalam botol kecil yang kemudian botol ditutup dengan alumium foil dan
dibiarkan selama 1 minggu. Dari proses pemisahan pepaya diperoleh 4 botol sampel yaitu botol 1,3 dan 4
berwarna bening dan botol 2 berwarna kekuningan. Setelah itu dilakukan kromatografi dengan cara
menotolkan sampel dalam botol kecil yang telah ditetesi dengan metanol pada
flat TLC. Setelah ditunggu beberapa saat diperoleh hasil pemisahan yaitu crude
nya bergerak naik keatas plat TLC dengan noda berwarna orange, sedangkan hasil
sampel larutan yang diperoleh dari kromatografi kolom yaitu botol kedua tidak
bergerak dengan noda berwarna kuning pudar pada tempat ditotolkan sampel. Botol
yang ketiga bergerak menghaislkan noda berwarna kuning pudar. Sedangkan botol
yang pertama dan keempat tidak bergerak dan dihasilkan noda berwarna kuning
pudar. Hasil warna-warna ini dapat dilihat dengan jelas setelah disinari dengan
sinar UV.
h) Sampel kentang
Pada
sampel kentang digunakan jenis pelarut kloroform : metanol dengan perbandingan
3 : 1 atau setara dengan 15 ml kloroform dan 5 ml metanol. Sampel pepaya dan
larutan eluen yang perlahan mulai turun kebawah dan larutan yang keluar
ditampung dalam botol kecil yang kemudian botol ditutup dengan alumium foil dan
dibiarkan selama 1 minggu. Dari proses pemisahan tomat diperoleh 4 botol sampel yaitu botol 1,3 dan 4
berwarna bening dan botol 2 berwarna kuning keruh. Setelah itu dilakukan kromatografi
dengan cara menotolkan sampel dalam botol kecil yang telah ditetesi dengan
metanol pada flat TLC. Dan diperoelh hasil pemisahan yaitu tidak terdapat noda
dan larutan tidak bergerak.
i)
Sampel
Tomat
Pada
sampel tomat digunakan jenis n-heksan : etil asetat dengan perbandingan 3 : 1. Sampel
tomat dan larutan eluen yang perlahan mulai turun kebawah dan larutan yang
keluar ditampung dalam botol kecil yang kemudian botol ditutup dengan alumium
foil dan dibiarkan selama 1 minggu. Dari proses pemisahan tomat diperoleh 3 botol sampel yaitu botol 1 dan 3
berwarna bening dan botol 2 berwarna kemerahan. Setelah itu dilakukan kromatografi dengan cara
menotolkan sampel dalam botol kecil yang telah ditetesi dengan metanol pada
flat TLC. Setelah ditunggu beberapa saat diperoleh hasil pemisahan pada botol
ketiga yang bergerak naik keatas plat TLC dengan noda berwarna abu-abu.
j) Sampel bunga sepatu
Pada
sampel bunga sepatu digunakan jenis n-heksan : etil asetat dengan perbandingan
3 : 1. Sampel bunga sepatu dan larutan eluen yang perlahan mulai turun kebawah
dan larutan yang keluar ditampung dalam botol kecil yang kemudian botol ditutup
dengan alumium foil dan dibiarkan selama 1 minggu. Dari proses pemisahan bunga
sepatu diperoleh 3 botol sampel yaitu botol 1 bening
sedangkan botol 2 dan 3 berwarna keruh. Setelah itu dilakukan kromatografi dengan cara
menotolkan sampel dalam botol kecil yang telah ditetesi dengan metanol pada
flat TLC. Setelah ditunggu beberapa saat diperoleh hasil pemisahan hanya
terjadi pada crude yang mengasilkan noda berwarna kuning pudar tepat pada garis
tempat ia ditotolkan.
IX. Pertanyaan Pasca Praktikum
1.
Mengapa kita perlu
mengetuk-ngetuk tabung reaksi saat
penambahan silika gel?
2.
Bagaimanakah caranya agar kita dapat
melihat pemisahan pada flat TLC dengan jelas?
3.
Apabila sampel tidak turun dalam
kromatografi kolom apa yang harus dilakukan?
X. Kesimpulan
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.
Prinsip
kromatografi adalah cara pemisahan suatu sampel yang didasarkan pada perbedaan
pola pergerakan dari komponen-komponen penyusun sampel diantara fase diam dan
fase gerak.
2.
Perbedaan
antara kromatografi lapis tipis dengan kromatografi kolom terletak pada fase
diam dan fase geraknya. Fase diam pada kromatografi lapis tipis yang baisa
digunakan adalah silika gel, alumina dan serbuk selulosa dan fase geraknya
berupa campuran beberapa pelarut yang disebut eluan. Sedangkan pada
kromatografi kolom fase diam yang digunakan adalah adsorben padat berupa silika
gel atau alumina dan fase geraknya ialah campuran senyawa murni. Selain itu
pada kromatografi lapis tipis digunakan flat TLC sebagai media tempat
terjadinya pemisahan sementara pada kromatografi kolom digunakan media kolom
yanb berupa pipet tetes sebagai tempat terjadinya pemisahan.
3.
Pada
percobaan ini dilakukan pemisahan sepuluh macam sampel yaitu buah naga, bayam, nanas, bunga kertas, semangka, wortel,
pepaya, kentang, tomat, dan bunga sepatu untuk dipisahkan komponen-komponen
penyususnnya dengan kromatografi lapis tipis dan kromatografi kolom.