Kayu Manis (Cinnamomum sp) |
Di dunia tercatat 54 jenis tanaman kayu manis (Cinnamomum sp) dan 12 jenis diantaranya ada di Indonesia. Jenis kayu-manis yang banyak ditanam di Indonesia adalah C. burmanii, C. zeylanikum dan C. cassia. Disamping itu juga banyak tumbuh liar dihutan-hutan jenis C. massoi dan C. culilawan.
Di beberapa daerah di Indonesia terdapat berbagai spesies tanaman kayu manis. Di Jawa dikenal Cinnamomum javanicum dan Cinnamomum sintok (kayu sintok). Namun, spesies ini tidak pernah dibudidayakan secara massal karena hasilnya tidak sebaik Cinnamomun burmanii. Sementara di Maluku terdapat Cinnamomum cullilawan yang biasa disebut sebagai kulit lawang atau kayu lawang yang minyak atsirinya dikenal sebagai minyak lawang. Taksonomi dari tanaman kayu manis asal Indonesia yang berasal dari Kabupaten Kerinci yaitu: Kingdom : Plantae (Tumbuhan), Divisio : Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga), Class : Magnoliopsida (Berkeping dua), Ordo : Laurales, Family : Lauraceae, Genus : Cinnamomum, Spesies : Cinnamomum burmannii.
Tinggi tanaman kayu manis berkisar antara 5 – 15 m, kulit pohon berwarna abu-abu tua berbau khas, kayunya berwarna merah coklat muda. Daun tunggal, kaku seperti kulit, letak berseling, panjang tangkai daun 0,5 – 1,5 cm dengan 3 – 10 buah tulang daun yang tumbuh melengkung. Bentuk daun elips memanjang, panjang 4,00 – 14,00 cm, lebar 1,50 – 6,00 cm, ujung runcing, tepi rata, permukaan atas licin warnanya hijau, permukaan bawah bertepung warnanya keabu-abuan, Daun muda berwarna merah pucat, Bunganya berkelamin dua atau bunga sempurna dengan warna kuning, Ukurannya kecil, Kelopak bunga berjumlah 6 helai dalam dua rangkaian, Bunga ini tidak bertajuk bunga, Benang sarinya berjumlah 12 helai yang terangkai dalam empat kelompok, kotak sarinya beruang empat, Persarian berlangsung dengan bantuan serangga, Buahnya buah buni berbiji satu dan berdaging, Bentuknya bulat memanjang, Warna buah muda hijau tua dan buah tua ungu tua, Panjang buah sekitar 1,30 – 1,60 cm, dan diameter 0,35 – 0,75 cm. Panjang biji 0,84 – 1,32 cm dan diameter 0,59 - ,68 cm (Fitriyeni, 2011).
Syarat Tumbuh Tanaman Kayu Manis
Ketinggian tempat penanaman kayu manis dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman serta kualitas kulit seperti ketebalan dan aroma. Kayu manis dapat tumbuh pada ketinggian hingga 2.000 m dpl. Kayu manis akan berproduksi baik bila ditanam di daerah dengan ketinggian 500 – 1.500 m dpl. Kayu manis menghendaki hujan yang merata sepanjang tahun dengan jumlah cukup, sekitar 2.000 – 2.500 mm/tahun. Curah hujan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan hasil panen rendemennya terlalu rendah. Daerah penanaman sebaiknya bersuhu rata-rata 25°C dengan batas maksimum 27°C dan minimum 18°C. Kelembaban yang diinginkan 70 – 90 %, semakin tinggi kelembabannya maka semakin baik pertumbuhannya.
Sinar matahari yang dibutuhkan tanaman 40 – 70%. Kayu manis akan tumbuh baik pada tanah lempung berpasir, banyak humus, remah, kaya bahan organik dan berdrainase baik. pH tanah yang sesuai 5,0 – 6,5. Tanah yang paling cocok untuk tanaman kayu manis adalah tanah yang subur, gembur, agak berpasir, dan kaya akan bahan organik. Tanah yang berpasir membuat kayu manis dapat menghasilkan kulit yang paling harum. Di dataran rendah tumbuhnya lebih cepat dari pada di dataran tinggi, tetapi di dataran yang rendah kulit yang dihasilkan kurang tebal, dan rasanya juga agak kurang baik. Di tempat tinggi pertumbuhannya lambat, tetapi kulitnya lebih tebal, dan berkualitas lebih baik. (Rusli dan Abdullah, 1988)
Teknik Pembibitan Kayu Manis
Pembibitan merupakan tahapan budidaya yang sangat penting karena akan menentukan kemampuan hidup tanaman pada tahap selanjutnya dilapangan. Bibit yang bermutu menghasilkan interaksi antara tanaman dan faktor lingkungan, oleh sebab itu dalam pembibitan tanaman kayu manis khusus nya dalam pemilihan biji yang bermutu harus dipilih dari pohon induk yang baik yaitu pohon yang mempunyai pertumbuhan yang baik dan berbatang besar, pohon induk harus sudah berumur lebih dari 10 tahun, sehat, tidak terserang hama dan penyakit, kulit beraroma baik, dan hurus memiliki kadar atsiri yang tinggi yang biasa di tandai dengan warna daun yang sudah menjadi hijau tua (Sentra HKI Provinsi Jambi, 2011).
Teknik pembibitan kayu manis diperlukan perlakuan biji sebelum semai yang dapat dilakukan dengan cara pengupasan daging biji, setelah itu harus segera ditanam karena biji kayu manis tergolong biji berumur pendek yang sangat cepat kehilangan daya kecambahnya. Biji kayu manis tidak tahan lama di simpan lebih dari satu minggu pada suhu kamar 27o – 28o C atau lebih dari empat minggu pada suhu rendah 15o – 20o C. Penyemaian biji dapat dilakukan langsung di bedengan maupun di polybag. Penyemaian di polybag dapat dilakukan dengan diameter 10 cm dan tingginya sekitar 15 cm. Media yang di isi pada setiap polybag berupa campuran tanah dan pupuk kandang matang dengan perbandingan 1:2. Hal ini bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan bibit. Masing-masing polybag di isi satu biji, kemudian tutup dengan tanah setebal 0,5 – 1 cm untuk mendapatkan matahari yang cukup, naungan dibuat menghadap ketimur dengan tinggi 150 cm dan 100 cm dibagian barat. Penyiraman dilakuan dua hari sekali pagi dan sore (Rismunandar dan Paimin, 2001).
Kompos dan Pengomposan
Pembuatan kompos sebenarnya meniru proses terbentuknya humus oleh alam. Melalui rekayasa kondisi lingkungan, kompos dapat dibuat serta dipercepat prosesnya, yaitu hanya dalam jangka waktu 30 – 90 hari dengan penambahan EM-4, Stardec, Starbio, Orgadec, Harmony dan Fix-up Plus. Waktu ini melebihi kecepatan pembentukan humus secara alami (Dipo dan Yuwono, 2006). Unsur-unsur di dalam kompos terdiri dari dua kelompok unsur hara, yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro. 1. Unsur hara makro terbagi dua, yaitu unsur hara makro primer dan unsur hara makro sekunder. Unsur hara makro primer adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak, yang terdiri dari Nitrogen (N), Phospor (P) dan Kalium (K). Sedangkan unsur hara makro sekunder adalah unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedang, terdiri dari Kalium (Ca), Magnesium (Mg) dan belerang (S). 2. Unsur hara mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, terdiri dari zat Besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu) dan Seng (Zn).
Pengomposan adalah perombakan bahan-bahan organik yang telah mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme (bakteri pembusuk) yang bekerja didalamnya (Murbandono, 2000). Prinsip pengomposan adalah untuk menurunkan rasio C/N bahan organik hingga sama dengan tanah (<20). Semakin tinggi rasio C/N bahan organik maka proses pengomposan atau perombakan bahan semakin lama. Waktu yang dibutuhkan bervariasi dari satu bulan hingga beberapa tahun tergantung bahan dasar. Proses perombakan bahan organik terjadi secara biofisika–kimia, melibatkan aktivitas biologi mikroba dan mesofauna (Sutanto, 2002).
Proses pengomposan terdiri atas dua penguraian yaitu aerob dan anaerob. Secara garis besar sebagai berikut :
a. Pengomposan aerob : Dalam sistem ini, kurang lebih dua pertiga unsur karbon (C) menguap (menjadi CO2) dan sisanya satu pertiga bagian bereaksi dengan nitrogen dalam sel hidup. Selama proses pengomposan aerob tidak timbul bau busuk. Selama proses pengomposan berlangsung akan terjadi reaksi eksotermik sehingga timbul panas akibat pelepasan energi. Kenaikan suhu dalam timbunan bahan organik menghasilkan suhu yang menguntungkan mikroorganisme temofilik. Akan tetapi, apabila suhu melampaui 65–700C, kegiatan mikroorganisme akan menurun karena kematian organisme akibat panas yang tinggi.
b. Pengomposan anaerob : penguraian bahan organik terjadi pada kondisi anaerob (tanpa oksigen). Tahap pertama, bakteri fakultatif penghasil asam menguraikan bahan organik menjadi asam lemak, aldehida, dan lain-lain. Proses selanjutnya bakteri dari kelompok lain akan mengubah asam lemak menjadi gas metan, amoniak, CO2 dan hidrogen. Hal ini menyebabkan ketersediaan hara N, P, dan K tanah menurun, karena diserap dan digunakan oleh mikroba pendekomposisi untuk aktivitas peruraian bahan organik (Sutanto, 2002). Proses penguraian secara anaerob juga menghasilkan energi/suhu sehingga suhu tanah meningkat.
a. Pengomposan aerob : Dalam sistem ini, kurang lebih dua pertiga unsur karbon (C) menguap (menjadi CO2) dan sisanya satu pertiga bagian bereaksi dengan nitrogen dalam sel hidup. Selama proses pengomposan aerob tidak timbul bau busuk. Selama proses pengomposan berlangsung akan terjadi reaksi eksotermik sehingga timbul panas akibat pelepasan energi. Kenaikan suhu dalam timbunan bahan organik menghasilkan suhu yang menguntungkan mikroorganisme temofilik. Akan tetapi, apabila suhu melampaui 65–700C, kegiatan mikroorganisme akan menurun karena kematian organisme akibat panas yang tinggi.
b. Pengomposan anaerob : penguraian bahan organik terjadi pada kondisi anaerob (tanpa oksigen). Tahap pertama, bakteri fakultatif penghasil asam menguraikan bahan organik menjadi asam lemak, aldehida, dan lain-lain. Proses selanjutnya bakteri dari kelompok lain akan mengubah asam lemak menjadi gas metan, amoniak, CO2 dan hidrogen. Hal ini menyebabkan ketersediaan hara N, P, dan K tanah menurun, karena diserap dan digunakan oleh mikroba pendekomposisi untuk aktivitas peruraian bahan organik (Sutanto, 2002). Proses penguraian secara anaerob juga menghasilkan energi/suhu sehingga suhu tanah meningkat.
Ara sungsang (Asystasia gangetica) dan Potensinya sebagai Kompos
Asystasia gangetica merupakan tanaman herba yang tumbuh cepat dan mudah berkembangbiak. Berbatang lunak, dapat tumbuh dalam keadaan yang kurang baik. Daun berhadapan, sering berpasangan, berbentuk bulat panjang, pangkal bulat dan bertangkai. Bunga mengelompok, banyak, sedikit berbunga tunggal, berwarna putih atau ungu, kelopak bunga menutupi ovari. Buah kapsul, panjang 2-3 cm, berbiji empat atau kurang dalam buah kapsul dan mengandung bahan organik yang cukup tinggi 37,87% C, 2,06 % N, dan 1,57% K.
Kompos merupakan produk pembusukan dari limbah tanaman dan hewan hasil perombakan oleh fungi aktynomisetes, dan cacing tanah. Pupuk hijau merupakan keseluruhan tanaman hijau maupun hanya bagian dari tanaman seperti sisa batang dan tunggul akar setelah bagian atas tanaman yang hijau digunakan sebagai pakan ternak. Sebagai contoh pupuk hijau ini adalah sisa–sisa tanaman, kacang-kacangan, dan tanaman paku air azolla. Pupuk kandang merupakan kotoran ternak (Tyasmoro, 2006). Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu bibit kayu manis adalah dengan penambahan bahan organik. Bahan organik yang diberikan dapat berfungsi sebagai pengikat butiran-butiran tanah sehingga agregatnya menjadi mantap. Keadaan ini berpengaruh terhadap porositas, daya penyimpanan, dan penyediaan air serta aerase tanah. Perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah ini akan menjadikannya media yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan akar.
Penggunaan kompos sebagai pupuk sangat baik karena dapat memberikan beberapa manfaat yaitu menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman, menggemburkan tanah, memperbaiki stuktur tanah, meningkatkan porositas, aerasi dan komposisi mikroorganisme tanah, meningkatkan daya ikat tanah terhadap air serta memudahkan pertumbuhan akar tanaman (Murbandono, 2007). Menurut Prihandini et al,. (2007), kompos mampu memperbaiki kerusakan sifat fisik berupa struktur tanah akibat pemakaian pupuk anorganik pada tanah secara berlebihan dalam jangka waktu lama. Penelitian (Islamiyah, 2011) menunjukkan bahwa pemberian ara sungsang mampu meningkatkan kandungan bahan organik tanah.
Kompos merupakan produk pembusukan dari limbah tanaman dan hewan hasil perombakan oleh fungi aktynomisetes, dan cacing tanah. Pupuk hijau merupakan keseluruhan tanaman hijau maupun hanya bagian dari tanaman seperti sisa batang dan tunggul akar setelah bagian atas tanaman yang hijau digunakan sebagai pakan ternak. Sebagai contoh pupuk hijau ini adalah sisa–sisa tanaman, kacang-kacangan, dan tanaman paku air azolla. Pupuk kandang merupakan kotoran ternak (Tyasmoro, 2006). Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu bibit kayu manis adalah dengan penambahan bahan organik. Bahan organik yang diberikan dapat berfungsi sebagai pengikat butiran-butiran tanah sehingga agregatnya menjadi mantap. Keadaan ini berpengaruh terhadap porositas, daya penyimpanan, dan penyediaan air serta aerase tanah. Perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah ini akan menjadikannya media yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan akar.
Penggunaan kompos sebagai pupuk sangat baik karena dapat memberikan beberapa manfaat yaitu menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman, menggemburkan tanah, memperbaiki stuktur tanah, meningkatkan porositas, aerasi dan komposisi mikroorganisme tanah, meningkatkan daya ikat tanah terhadap air serta memudahkan pertumbuhan akar tanaman (Murbandono, 2007). Menurut Prihandini et al,. (2007), kompos mampu memperbaiki kerusakan sifat fisik berupa struktur tanah akibat pemakaian pupuk anorganik pada tanah secara berlebihan dalam jangka waktu lama. Penelitian (Islamiyah, 2011) menunjukkan bahwa pemberian ara sungsang mampu meningkatkan kandungan bahan organik tanah.
Referensi :
0 komentar:
Posting Komentar